Pendidikan sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah sepertinya hanya berjalan ditempat, alias tidak berjalan sama sekali. Bahkan janji-janji Presiden Yudhoyono semasa kampanye tentang pendidikan gratis sepertinya hanya isapan jempol belaka.
Buktinya, banyak sekali sekolah-sekolah negeri yang meminta uang bayaran serta sumbangan yang jumlahnya sangat tidak masuk akal. Seperti uang seragam, uang buku, bahkan sampai uang gedungpun di tarik bayarannya.
Depdiknas terkesan menutup mata terhadap kejadian-kejadian yang telah mencoreng sistem pendidikan di Indonesia. Bahkan ada indikasi yang menguatkan tentang adanya suap di dalam tubuh depdiknas. Karena para pejabat depdiknas itu hanya melakukan inspeksi mendadak atau sidak terhadap sekolah-sekolah yang mungkin saja tidak membayar upeti kepada mereka, atau mungkin sudah membayar upeti, tetapi jumlahnya kurang dari yang diminta.
Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia ini membuat banyak anak-anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah. Mahalnya biaya pendidikan di negeri ini juga memicu semakin meningkatnya jumlah anak-anak jalanan, pelacur anak-anak, dan perdagangan anak-anak (human trafficking).
Bagaimana mau menjadi bangsa yang pintar, jika ingin pintar saja harus membayar mahal?